Yurnaldi – Jurnalis yang Langganan Juara Menulis

YURNALDI pada mulanya adalah penulis dan baru kemudian jadi wartawan. Sebagai  wartawan profesional dengan kompetensi wartawan utama (No ID 3823), Yurnaldi adalah Lulusan terbaik UKW angkatan 22  Lembaga Pers Doktor Soetomo (LPDS) Jakarta, tahun 2013.

Pengalaman jurnalistik baru 37 tahun, dan sudah meliput ke hampir semua daerah di Indonesia, dari Sabang hingga Papua. Juga pernah bertugas di sejumlah negara di Asia, Eropa, Afrika, dan Australia, antara lain: India (2010), Jepang (2010), Australia (2010), Inggris (2004), Namibia (2002), Afrika Selatan (2002), Botswana (2002), Singapura (2005, 2007, 2007, 2009, 2011, 2015, 2016), Thailand (2001, 2006, 2007, 2009), Malaysia (2006, 2009).

Ketika menjadi wartawan KOMPAS,  Yurnaldi sering ditugaskan ke daerah konflik dan bencana, antara lain Gempa Kerinci, Gempa Bengkulu, Gempa Sumbar, jatuhnya pesawat helikopter Polri di Sumatera Selatan dan Sumatera Barat, Jatuhnya Pesawat Silk Air di Sumsel, Tsunami Aceh, Konflik Maluku, dan Darurat Militer, Darurat Sipil, dan Masa Damai di Aceh.

Pernah disandera pasukan militer Gerakan Aceh Merdeka (GAM), mewawancarai Panglima GAM Ishak Daud di tempat persembunyian, 2004. Diancam dibunuh kelompok anak penguasa Orde Baru karena membatalkan pembangunan sirkuit balap di Lampung, 1996. Korban kekerasan oknum polisi di Sumsel, 1997. Diminta paksa hentikan pemberitaan yang bersumber dari Susilo Bambang Yudhoyono, waktu itu Panglima Kodam II/Sriwijaya, karena KOMPAS diancam “kudeta” oleh seorang jenderal yang menjadi rivalitas SBY, 1998. Kepopuleran SBY tak terbentung, sampai akhirnya jadi Presiden RI dua periode.

Sejumlah beritanya bikin heboh nasional dan merepotkan pemerintah, antara lain kasus kelangkaan pupuk, kasus macetnya penyeberangan Merak-Bakauheni, Taman Majapahit (akhirnya batal), gizi buruk, hingga kasus “ayat tembakau”/Undang-Undang Kesehatan, yang membuatnya dipaksa mundur dari KOMPAS dengan kompensasi.

Ketika jadi redaksi/editorial di KOMPAS di Jakarta, pernah bertugas di desk Olahraga, Desk Kompas Minggu, dan Desk Pendidikan dan Humaniora. Sementara di daerah bertugas di Kompas Biro Sumatera Bagian Utara (Aceh, Sumut, Riau –Kepri masih bagian Riau, Sumbar) dan Kompas Biro Sumatera Bagian Selatan (Jambi, Sumsel—Babel masih bagian Sumsel, Lampung, Bengkulu).

Selain sebagai wartawan, Yurnaldi juga pernah jadi konsultan di harian Singgalang (Padang) dan di Haluan Media Group; (Haluan, Padang), Haluan Riau (Pekanbaru), Haluan Kepri (Batam). Jadi Redaktur Senior dengan tugas Pemred di Haluan Kepri, Wakil Pemimpin Redaksi harian Vokal (Pekanbaru). Membidani lahirnya Harian Vokal Sumsel (Palembang) dan sekaligus sebagai Pemimpin Redaksi dan beberapa bulan kemudian jadi Wakil Pemimpin Umum. Kemudian diminta membidani lahirnya suratkabar harian berpusat di Dumai, harian Riau Hari Ini. Sempat ada tawaran jadi Pemred di harian Megapos di Palangkaraya, tapi akhirnya memilih pulang kampung ke Padang. Kemudian terpilih menjadi anggota Komisi Informasi Sumbar (2014-2018). Cadangan anggota Komisi Informasi Povinsi Sumbar (2019-2023).

Selama 37 tahun pula Yurnaldi menjadi mentor pelatihan jurnalistik nasional untuk ribuan calon wartawan, wartawan, aktivis pers kampus, pemuda/sarjana, pejabat humas, dan pelajar. Juga mentor literasi dalam Gerakan Literasi Nasional bagi pelajar, guru, dan penulis di berbagai kota. Atas pengabdian sebagai wartawan di Sumsel, Yurnaldi peroleh Penghargaan dari Gubernur Sumatera Selatan, 2019. Peroleh Penghargaan Anugerah Literasi kategori Penulis dari Pemerintah Sumatera Barat, tahun 2018.

Riwayat pendidikan:  Pendidikan kimia IKIP Padang (sekarang UNP),  Pendidikan Mediasi Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan Jimly School of Law and Government, Jakarta. Yurnaldi adalah: (1) salah seorang pendiri dan pencipta logo Padang Press Club (PPC), (2) pendiri dan pencipta logo Forum Wartawan Pariwisata (FWP) Sumatera Barat dan sekaligus ketua pertama. (3) salah seorang pendiri dan Dewan Pengawas Leon Agusta Institute (LAI). (4) juri lomba menulis artikel/karya jurnalistik dan juri lomba foto tingkat nasional dan daerah.

Selain menulis dan mengeditori puluhan judul buku, Yurnaldi juga menulis sejumlah buku jurnalistik; Kiat Praktis Jurnalistik (1993), Jurnalistik Siap Pakai (1993), Menjadi Wartawan Hebat (2004), Foto Jurnalistik dan Kaya dengan Foto (2004), Jurnalisme Kompas (2013), Jawara Menulis Artikel (2013), Kritik Presiden dan Jurnalisme Hoax (2018). Wartawan & Penulis Diperhitungkan Menang dalam Kompetisi (2021). Tahun 2022 buku yang akan terbit adalah Jurnalisme Feature; Pengalaman 16 Tahun di KOMPAS.

Sebagai penulis, Yurnaldi sudah menulis ribuan artikel dan feature, yang sudah dimuat di sedikitnya 80 media  massa dan jurnal di Indonesia.

Dengan prinsip dan tekad menjadi wartawan yang diperhitungkan, alhamdulillah, Yurnaldi acapkali memenangkan kompetisi menulis karya jurnalitik/artikel tingkat nasional, juga pemenang kompetisi lomba foto dan karikatur, serta karya sastra (puisi).

Oya, selain dikenal sebagai wartawan profesional (baca: buku Wartawan Hebat Sumatera Selatan 789, terbitan 2018), Yurnaldi juga dikenal sebagai penyair Indonesia (baca: Leksikon Susastra Indonesia, terbitan Balai Pustaka, tahun 2000, Sepanjang Abad Sastrawan Sumatera Barat, penyusun Puteri Asmarini dkk, penerbit Balai Bahasa Padang, 2003, dan Apa & Siapa Penyair Indonesia, terbitan Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017 dan 2019).

 “Raihlah makna kata hati mata hati pada kedalaman jiwa puisi. Puisi adalah model kesadaran yang sarat makna spiritual dalam diri,” kata Yurnaldi, penyair kelahiran Solok, 16 Juni ini.

Mulai memuisi sejak tahun 1985, dan 15 tahun kemudian namanya tercatat dalam Leksikon Susastra Indonesia (Korrie Layun Rampan, Balai Pustaka, 2000). Antologi tunggal karyanya berjudul  Berita kepada Ibu ( Kreta Nusantara, 1992).

Puisi-puisinya dimuat di pelbagai media massa dan terhimpun dalam sejumlah buku antologi puisi, antara lain dalam buku Antologi Puisi Hari Puisi Indonesia 2016, 216 Penyair Indonesia;  Matahari Cinta Samudera Kata (Penyelenggara Rida K Liamsi, Penerbit Yayasan Hari Puisi Indonesia dan Yayasan Sagang, 2016).  Buku Patah Tumbuh Hilang Berganti (Pelagan Press, 2015), Memo untuk Wakil Rakyat, 134 Penyair Indonesia ( Forum Sastra Surakarta, 2015), dan buku Syair Persahabatan Dua Negara, Antologi Puisi 100 Penyair Indonesia-Malaysia (Pustaka Senja, Yogyakarta, 2015). Cerpennya terhimpun dalam buku kumpulan cerpen sastrawan sumbar Sepenggal Rindu Dibatasi Waktu (Pelagan Press, 2015).

Sebelumnya, puisi-puisi karya penyair bergelar Panduko Rajo (Paduka Raja) ini terhimpun dalam buku Rantak 8: Antologi Puisi Penyair dari Sumatera Barat (Kelompok Studi Sastra dan Jurnalistik Padang, Sumbar, 1991), Taraju ’93: Kumpulan Puisi Indonesia Sumatera Barat (Yayasan Taraju Ekspresi Budaya, 1993), Puisi 50 Tahun Indonesia Merdeka (Taman Budaya Solo, 1995), Antologi Sajak Se-Sumatera I (Cemara Ujung 116, Pekanbaru, Riau, 1994), Parade Sajak-sajak Indonesia (Haluan, 1994), Antologi Puisi Rumpun (Taman Budaya Provinsi Sumbar, 1999),  Puisi 1999 Sumatera Barat (Dewan Kesenian Sumbar, 1999), Kumpulan Puisi Jalan Bersama 2 (Yayasan Panggung Melayu, 2008).

Sebagai penyair, karya puisinya nomine terbaik lomba puisi tingkat Sumbar tahun 1994, pemenang lomba cipta puisi sosial tingkat nasional di Banda Aceh tahun 1996, pemenang sayembara cipta puisi tingkat nasional tahun 2014 yang digelar Leon Agusta Institute.

Dalam berbagai kegiatan sastra, Yurnaldi  acap dipercaya jadi juri lomba cipta puisi dan baca puisi, tingkat Sumbar dan nasional. Terakhir salah seorang juri Tarung Penyair Panggung di Kota Tanjungpinang, Kepri, tahun 2008 dan 2009. Juga salah seorang penyair/sastrawan yang dilibatkan sebagai salah seorang juri untuk menetapkan nama Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Sumatera Barat.

Yurnaldi mantan wartawan Kompas ini sering diundang baca puisi, antara lain Festival Penyair se-Sumatera di Taman Budaya Jambi (1993), Ekshibisi Baca Sajak Penyair Sumbar di Universitas Bung Hata, Padang (1 Juni 1995), Baca Puisi Jalan Bersama yang digelar Yayasan Panggung Melayu di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta (30 November 2008), Baca Puisi Panggung Revitalisasi Budaya Melayu, di Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Desember 2008). Baca Puisi Pemimpin Media dan Gubernur Riau di Taman Budaya Riau, Pekanbaru (tahun 2011). Baca Puisi di Rumah Ekspresi Febby  Dt Bangso Nan Putiah, Bukittinggi (2015).

Ketua Panitia Lomba Cipta Puisi 100 Tahun Bung Hatta Tingkat Nasional, tahun 2002 (baca buku Bung Hatta dalam Puisi, Komunitas Penggiat Sastra Padang, 2003), bersama sastrawan Hamsad Rangkuti, Yurnaldi menghadiri Pertemuan Penulis Dunia –rangkaian London Book Fair, menonton opera terkenal di dunia The Panthom of the Opera, dan sejumlah agenda lain, Maret 2004, di London.

Esainya tentang kematian Rendra terhimpun dalam buku  Rendra Ia Tak Pernah Pergi (Penerbit Buku Kompas, 2009). Yurnaldi dan kawan-kawan menulis buku Tanjungpinang Negeri Pantun (Editor Maman S Mahayana, Yayasan Panggung Melayu, 2011). Dan mengeditori buku Syair Lampung Karam: Dahsyatnya Letusan Krakatau 1883 (Penulis Suryadi, Komunitas Penggiat Sastra Padang, 2010). Buku tersebut terpilih untuk diikutsertakan pada Frankfurt Book Fair 2015.

Yurnaldi pernah menjadi redaktur tamu harian Haluan (Padang), tahun 1995; menyeleksi puisi sekaligus menulis esai selama satu tahun. Ketika menjadi Pemred harian Riau Hari Ini (Dumai), Yurnaldi merangkap redaktur budaya.

Puisinya “Surat Terbuka Paduka Raja untuk Tuan Presiden” sempat membuat heboh (www.teraslampung.com) saat terjadi bencana kabut asap. Puisi tersebut kemudian menjadi salah satu puisi terbaik sayembara cipta puisi tingkat nasional yang ditaja Leon Agusta Institute, 2014.

Meraih sejumlah penghargaan, juara pertama dalam berbagai lomba penulisan feature dan artikel antarwartawan tingkat nasional. Juga tujuh kali juara foto.

Keberadaan Yurnaldi bisa dilacak di google, wikipedia, fb: yurnaldi paduka raja, instagram: yurnaldi raja. Alamat kontak: yurnaldi66@gmail.com, nalkompas@yahoo.com. WA 081261479920.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos Terkait

Yurnaldi – Jurnalis yang Langganan Juara Menulis

YURNALDI pada mulanya adalah penulis dan baru kemudian jadi wartawan. Sebagai  wartawan profesional dengan kompetensi wartawan utama (No ID 3823), Yurnaldi adalah Lulusan terbaik UKW

Hermawan – Berkarya hingga ke Negeri Tetangga

Hermawan, akrab dipanggil An, lahir di Jakarta 14 Desember 1961. Berlatar belakang pendidikan S1 Sastra Indonesia Universitas Bung Hatta 1986 dengan skripsi “Memahami Adam Ma’rifat

Berselimut Kekeliruan Bahasa

Oleh : Firdaus Abi Ketika memulai menjadi wartawan dulu, tahun 1992, saya sering dapatkan kalimat ini; media perusak bahasa. Darah muda dari wartawan muda saya