Oleh Saunir Saun (bukan penyair)
Jika Ramadan telah pergi
Apa sajakah yang telah kita warisi
Katanya ia membawa pesan-pesan Ilahi
Untuk diamalkan pada hari-hari setelah ia pergi
Adakah kita masih meningkatkan ibadah
Ibadah wajib ditambah ibadah sunnah
Dalam Ramadan solat kita bertambah
Kita lakukan tanpa terasa lelah
Pada waktu Subuh, Magrib dan Isya kita berjemaah
Pada tiga waktu ini jemaah melimpah
Pada Zuhur dan Ashar demikian juga
Jemaah Ramadan memang beda
Jauh lebih banyak daripada hari-hari biasa
Ramadan juga mengajarkan kepedulian
Membantu orang-orang yang terhimpit kemiskinan
Melatih kita supaya lembut hati
Kepada fakir miskin agar tingkatkan peduli
Makanya di bulan Ramadan tingkatkan sedekah
Berharap dengannya rezeki semakin berkah
Serta selalu mengharap reda Alloh
Agar nanti di akhirat diganjar jannah
Ramadan mengajarkan kita menahan nafsu
Nafsu yang cenderung menggebu-gebu
Oleh Ramadan itu diatur
Supaya nafsu itu tidak ‘ngelantur’
Ramadan mengajarkan juga kesabaran
Kesabaran dan kejujuran
Makan, minum dan segala yang membatalkan ditahan
Padahal itu semua bisa saja tidak ketahuan
Ramadan juga mengajarkan perilaku sopan
Tidak dibolehkan bicara sembarangan
Sikap ini bisa akibatkan kerusakan
Terhadap puasa yang dijalankan
Nampaknya, jelas sekali tujuan Ramadan
Melatih kita untuk capai kesempurnaan
Mendapatkan derajat ketakwaan
Yaitu derajat yang paling mulia yang diberikan Tuhan
Hendaknya ajaran-ajaran Ramadan itu kita warisi
Untuk dipakaikan dalam kehidupan sehari-hari
Jangan tak berubah setelah Ramadan pergi
Sehingga ajaran-ajaran baiknya tak bebekas pada diri.
Rumahku, 9 Mei 2022.
1 komentar untuk “Ramadan Telah Pergi”
Sungguh-sungguh penyair prolifik