Di Sini Tak Ada Pekik?

Oleh Saunir Saun (bukan penyair)

Walau di luarnya telah keras pekik
Pekik mak-mak karena harga-harga naik
Rela antri panjang di panas terik
Antri untuk minyak goreng saja sudah bikin panik

Tidak minyak goreng saja yang bikin panik
Banyak sekali harga bahan kebutuhan yang naik
Naik tinggi sepertinya ada yang menarik
Tidak seperti layang-layang yang bisa kembali menukik
Setelah naik!

Kalau banyak barang dengan harga naik
Tentu tidak akan henti mak-mak kita memekik
Walau pekik-pekik mereka tidak akan menarik
Bahkan sampai mulut mereka cabik
Sampai tak berkutik!

Pekik-pekik mak-mak ini tidak akan sampai ke bilik
Dari wakil-wakil yang dahulu dipilih di bilik
Di bilik suara yang berukuran “kecik”
Tapi mengantarkan pemenang punya bilik
yang apik dan menarik

Dari bilik ini tidak terdengar pekik
Atau mungkin memang tidak ada yang memekik
Karena semua senang dan tidak ada panik
Atau karena tebal dan kedapnya dinding bilik
Sehingga tidak ada terdengar pekik

Dari sini memang tidak terdengar suara-suara
Yang serius berjuang dan membela
Agar mak-mak dan anak-anak tak mati sekeluarga
Karena tidak mampu lagi membeli apa-apa

Apakah memang derita di luar tak sempat dipekikkan
Karena tidak tahu seperti apa yang kejadian
Atau setiap ingin memekik tersekat terus di kerongkongan
Karena ada kekuatan yang menahan
Akhirnya, pekik itu terpaksa ditelan lagi ke dalam

Kalaupun ada yang ingin bersuara
Tapi tidak terdengar membahana
Hanya seperti basa-basi saja
Karena ada pengertian sesama
Jadilah ia seperti ular kehilangan bisa

Kita hanya dapat berharap
Janganlah sampai lama penderitaan rakyat
Banyak yang akan makin melarat
Yang untuk mati akan menjadi sebab.

Rumahku, 21 Maret 2022.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos Terkait

Yurnaldi – Jurnalis yang Langganan Juara Menulis

YURNALDI pada mulanya adalah penulis dan baru kemudian jadi wartawan. Sebagai  wartawan profesional dengan kompetensi wartawan utama (No ID 3823), Yurnaldi adalah Lulusan terbaik UKW

Hermawan – Berkarya hingga ke Negeri Tetangga

Hermawan, akrab dipanggil An, lahir di Jakarta 14 Desember 1961. Berlatar belakang pendidikan S1 Sastra Indonesia Universitas Bung Hatta 1986 dengan skripsi “Memahami Adam Ma’rifat

Berselimut Kekeliruan Bahasa

Oleh : Firdaus Abi Ketika memulai menjadi wartawan dulu, tahun 1992, saya sering dapatkan kalimat ini; media perusak bahasa. Darah muda dari wartawan muda saya