Azzevan, Sumber Inspirasi

Oleh Saunir Saun (bukan penyair)

 

Kau adalah cucu yang riang
Yang suka sekali beri kami senyuman
Membuat hati kami juga senang
Dengan senyummu dengan ketulusan

Kau adalah cucu kami yang menyenangkan hati
Untukku, kau juga sumber inspirasi
Darimu telah lahir olehku puisi-puisi
Dari wajahmu nampak ketulusan hati

Kau munculkan ketulusan yang sesungguhnya
Tidak seperti ketulusan kami orang dewasa
Yang berbuat seperti tulus karena ada maunya
Ketulusannya berdasarkan kondisi saja
Artinya, tulusnya pura-pura

Banyak pelajaran yang engkau beri
Walaupun tak pernah kau mengajari
Kepada orang kau tunjukkan wajah berseri
Tak terkilas iri hati

Ingin kami mengikuti caramu
Kepada orang senyum selalu
Kini kami tidaklah sepertimu
Di diri kami telah ada curiga melulu

Tidak tahu kenapa kami keberatan
Kepada kawan sendiri tidak mau beri senyuman
Padahal Nabi Muhammad sangat menganjurkan
Agar beri senyuman kepada kawan-kawan

Kadang kami ingin tunjukkan harga diri
Dengan perlihatkan wajah tanpa empati
Senyum kepada kawan dijual mahal sekali
Begitu kami menjaga harga diri
Kini!

Apakah kau mau jadi guru
Wahai cucu kecilku
Kau ajar kami tersenyum sepertimu
Tanpa gengsi-gengsian begitu

Senyum manismu benar-benar menyejukkan
Senyum yang penuh keikhlasan
Tanpa ada paksaan-paksaan
Kepada siapa saja kau berikan
Azzevan!

Ceria wajahmu menyenangkan
Tandanya bersih hatimu di dalam
Tak terganggu oleh kotoran-kotoran
Dengki, hasad, kesumat dan dendam
Yang dibenci dan dilarang oleh Tuhan

Rumahku, 20 Maret 2022.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos Terkait

Yurnaldi – Jurnalis yang Langganan Juara Menulis

YURNALDI pada mulanya adalah penulis dan baru kemudian jadi wartawan. Sebagai  wartawan profesional dengan kompetensi wartawan utama (No ID 3823), Yurnaldi adalah Lulusan terbaik UKW

Hermawan – Berkarya hingga ke Negeri Tetangga

Hermawan, akrab dipanggil An, lahir di Jakarta 14 Desember 1961. Berlatar belakang pendidikan S1 Sastra Indonesia Universitas Bung Hatta 1986 dengan skripsi “Memahami Adam Ma’rifat

Berselimut Kekeliruan Bahasa

Oleh : Firdaus Abi Ketika memulai menjadi wartawan dulu, tahun 1992, saya sering dapatkan kalimat ini; media perusak bahasa. Darah muda dari wartawan muda saya